Rabu, 26 November 2008

persib

Muhun leres pisan teh.
>
> Terakhir, komo ketua FIFA tos miwarang ketum PSSI digentos kusabab
ksangkut pidana. Eh, dasar bedegong, teu diwaro deui. Ancaman na upami
masih bedegong teu digentos, PSSI bakal dicaram ngiring pertndingan2
internasional.
>
> Masalah di Persib emang masalah luar dalam. Akut, sesah, kedah aya
reformis anu wani ngarobih kaayaan. Tapi sahanya ?
>
> Wassalam

Abdi oge mireng beritana, lamun presiden FIFA ngabaikot sepak bola
urang, tambah hancur atuh persepakbolaan urang. Aneh, dari pada
ngamajukeun bangsa lebih baik melindungi kuroptor. Komo Om Nunu
(Nugraha Besoes), ngan mancla mencle wae nyarios teu puguh, teu aya
kategasan.

Salah satu faktor kegagalan Persib, akibat terlalu banyak mulut-mulut
anu ikut-ikutan ngatur, disetiap tim memberi kebebasan pelatih untuk
meramu strategi-strategi untuk memenangkan pertandingan, ari di Persib
mah sadayana ngiring ngatur strategi jadina pabaliut bingung, bisi
pamaenna para bintang oge ari system pelatihan salah moal tiasa
bersaing. Bisi pelatihna tiluar negeri tapi system pelatihanna salah
ruwet, terus raribut wae soal dana, pamaen tidak loyal, tidak
disiplin, tetep wae sesah ningkatna.
Inget saur Franz Beckenbauer, ceunah kuatnya sebuah tim sepakbola,
berawal dari kedisiplinan mental lalu menciptakan formula gaya
permainan dan kerjasama tim.

Duka atuhnya saha anu tiasa jadi reformis Persib.
PSSIna oge kawas kitu, secara langsung berpengaruh kana persepakbolaan
urang, jadi club-club diurang oge kawas kitu he..he..he..

Cobi ngayakeun poling di go-persib.com, seleksi nama-nama anu
berpotensi, saha anu tiasa jadi pelatih baru persib, atanapi tokoh anu
tiasa jadi reformis Persib. Para bobotoh kedah aktif ngabangkitkeun
kamajuan Persib, ulah ngan buat onar cari musuh-musuh.

inter milan

Inter Milan secara mengejutkan tumbang di kandang sendiri. Menjamu Panathinaikos di Giuseppe Meazza, Kamis (27/11/2008), Nerazzurri bertekuk lutut 0-1, meski tetap memastikan langkah ke 16 besar.Ini merupakan kekalahan pertama Inter di Liga Champions musim ini. Juara Italia itu sebelumnya meraih dua kemenangan dan dua hasil imbang yang membuat mereka duduk di puncak klasemen dengan poin delapan.

roma

Roma membuka peluang untuk lolos ke babak 16 besar Liga Champions. Berkunjung ke markas CFR Cluj, Francesco Totti dkk pulang dengan kemenangan meyakinkan, 3-1.Matteo Brighi dan Francesco Totti menjadi pahlawan Roma di Stadion Constantin Radulescu, Kamis (27/11/2008) dinihari WIB; dengan nama pertama mencetak dua gol. Sedangkan Cluj hanya bisa membalas lewat Yssouf Kone

liga Champions

Larnaca - Anorthosis Famagusta diambang sejarah lolos ke babak 16 besar pada tahun debutnya berlaga di Liga Champions. Adalah hasil imbang 2-2 dengan Werder Bremen yang membuat klub asal Siprus itu berpeluang melangkah ke fase knock out.Anartosis mungkin pantas kecewa dengan hasil 2-2 tersebut karena mereka lebih dulu unggul dua gol. Namun hasil tersebut belum menutup peluang mereka melangkah ke babak 16 besar, sebuah prestasi yang terhitung sangat gemilang mengingat ini baru kali pertama mereka berpartisipasi di Liga Champions.

Barcelona

Barcelona memastikan diri menjadi pemuncak Grup C setelah meraih kemenangan meyakinkan atas Sporting Libon dengan skor 5-2. Sementara Shakhtar Donetsk yang berpesta gol ke gawang Basel dapat toket Piala UEFA.Barcelona sesungguhnya sudah memastikan tiket ke babak 16 besar sejak matchday keempat lalu. Meski begitu mereka tetap tampil serius dan ganas saat bertandang ke Estadio Jose Alvalade, Kamis (27/11/2008), dinihari WIB. Buktinya kemenangan dengan skor besar berhasil didapat meski tengah menjalani laga tandang.

ke menangan barcelona

Barcelona memastikan diri menjadi pemuncak Grup C setelah meraih kemenangan meyakinkan atas Sporting Libon dengan skor 5-2. Sementara Shakhtar Donetsk yang berpesta gol ke gawang Basel dapat toket Piala UEFA.Barcelona sesungguhnya sudah memastikan tiket ke babak 16 besar sejak matchday keempat lalu. Meski begitu mereka tetap tampil serius dan ganas saat bertandang ke Estadio Jose Alvalade, Kamis (27/11/2008), dinihari WIB. Buktinya kemenangan dengan skor besar berhasil didapat meski tengah menjalani laga tandang.

roma

Grup A Liga Champions belum memastikan satu pun wakil mereka yang akan lolos ke perdelapanfinal. Di luar CFR Cluj, tiga klub lain bersaing ketat memperebutkan dua tiket.Chelsea nyaris memastikan diri jadi tim pertama yang merebut tiket tersebut. Unggul 1-0 dari Bordeaux hingga menit 83, The Blues akhirnya harus puas dengan hasil akhir seri 1-1.Posisi Chelsea malah kemudian dilewati oleh AS Roma yang berhasil mengalahkan CFR Cluj 3-1 di kandang lawan. Dengan nilai sembilan, Giallorossi memuncaki klasemen disusul Chelsea yang nilainya delapan.

Jumat, 14 November 2008

persib

Rabu, 15 Oktober 2008


Setelah sukses dengan dua film sebelumnya, The Jak dan The Conductors, Bogalakon Pictures (Jakarta) kembali memproduksi film dengan latar belakang sepakbola Indonesia, Romeo*Juliet. Berbeda dengan dua film sebelumnya yang bergenre dokumenter, Romeo*Juliet yang kembali disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf ini bergenre fiksi sebuah kisah cinta dalam drama aksi, dengan background perseteruan dua kelompok suporter Persija Jakarta (Jakmania) dan Persib Bandung (Viking).

Dilihat dari judulnya, Rome*Juliet memang merupakan film bertema cinta, seperti kisah klasik karya seniman kondang William Shakespeare. Karakter Romeo diperankan oleh Edo Borne (Rangga), sementara karakter Juliet dibawakan oleh Sissy Priscilla (Desi). Sederetan nama lain juga tampil dalam film ini, diantaranya adalah aktor senior Nani Wijaya, Alex Komang, dan aktor komedi Epy Kusnandar.

Tokoh Rangga adalah sosok lelaki yang mandiri, berkemauan keras dan fanatik pada timnya. Cintanya pada Persija melewati batas kesadaran banyak orang, sama seperti para Jakmania yang mendedikasikan hidup mereka pada simbol oranye yang sangat mereka percaya. Ketika ia jatuh cinta pada gadis dari kubu lawan, cintanya pada Persija tak pernah berubah, ia hanya mencintai seorang wanita seperti ia mencintai tim kesayangannya.

Sedangkan tokoh Desi Kasih Purnamasari dibesarkan oleh fanatisme Suparman kakaknya (Persib Bandung), ia mencintai timnya seperti ia mencintai hidupnya dan keluarganya. Ketika Rangga datang dalam bayangan dan hidupnya……tak ada yang berubah, darahnya tetap biru, cintanya pun tidak terbagi. Ia bahkan tak mampu memilih diantara keduanya, karena cinta memang tidak pernah mengenal batasan dan perbedaan.

Pada awal penggarapannya (produksi), film Romeo*Juliet tidak sedikit menemui kendala. “Film loe tidak menggambarkan Jakmania, gue gak bisa kasih ijin,” ujar Danang Ismartani, Ketua Umum Jakmania. Serupa dengan di Bandung, “Mun maneh teuteup ngegawekeun ieu, sok lha…perang jeung urang,” yang kira-kira artinya “Kalo loe tetap ngerjain proyek ini, ayo sini perang sama gue,” ujar Ketua Viking.

Jumat (19/7) kemarin salah satu scene adegan film Romeo*Juliet mengambil lokasi shooting di lapangan basket luar Stadion Gajayana. Tampak pada adegan tersebut Rangga (Edo Borne) dikeroyok Viking. Selam dua minggu ini Rome*Juliet mengambil lokasi shooting di Malang, diantaranya adalah kawasan Arjosari, Rampal, Stasiun Kotabaru, dan Stadion Gajayana. Bahkan saat pertandingan Arema vs Deltras (7/9) lalu, segenap kru dan aktor film ini juga hadir di Stadion Kanjuruhan.

Seperti film sebelumnya, The Conductors, kali ini Andibachtiar Yusuf juga menggandeng Aremania, salah satunya adalah dirijen Aremania Yuli Sumpil. Setelah shoot terakhir di Malang hari ini (Sabtu 20/9), Romeo*Juliet akan menuju Bandung. Rencananya film ini akan mulai diputar Maret-Juni 2009.

KH ZAENAL MUSTOFA

Zaenal Mustofa adalah pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa Barat yang mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang. Nama kecilnya Hudaeni. Lahir dari keluarga petani berkecukupan, putra pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah, di kampung Bageur, Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna (kini termasuk wilayah Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame) Kabupaten tasikmalaya (ada yang menyebut ia lahir tahun 1901 dan Ensiklopedi Islam menyebutnya tahun 1907, sementara tahun yang tertera di atas diperoleh dari catatan Nina Herlina Lubis, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat). Namanya menjadi Zaenal Mustofa setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.

Hudaeni memperoleh pendidikan formal di Sekolah Rakyat. Dalam bidang agama, ia belajar mengaji dari guru agama di kampungnya. Kemampuan ekonomis keluarga memungkinkannya untuk menuntut ilmu agama lebih banyak lagi. Pertama kali ia melanjutkan pendidikannya ke pesantren di Gunung Pari di bawah bimbingan Dimyati, kakak sepupunya, yang dikenal dengan nama KH. Zainal Muhsin. Dari Gunung Pari, ia kemudian mondok di Pesantren Cilenga, Leuwisari, dan di Pesantren Sukamiskin, Bandung. Selama kurang lebih 17 tahun ia terus menggeluti ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Karena itulah ia mahir berbahasa Arab dan memiliki pengetahuan keagamaan yang luas.

Lewat ibadah haji, ia berkenalan dengan ulama-ulama terkemuka. Ia pun mengadakan tukar pikiran soal keagamaan dan berkesempatan melihat pusat pendidikan keagamaan di Tanah Suci. Kontak dengan dunia luar itu mendorongnya untuk mendirikan sebuah pesantren. Maka sekembalinya dari ibadah haji, tahun 1927, ia mendirikan pesantren di Kampung Cikembang dengan nama Sukamanah. Sebelumnya, di Kampung Bageur tahun 1922 telah berdiri pula Pesantren Sukahideng yang didirikan KH. Zainal Muhsin. Melalui pesantren ini ia menyebarluaskan agama Islam, terutama paham Syafi’i yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam Jawa Barat pada khususnya.

Di samping itu, ia juga mengadakan beberapa kegiatan keagamaan ke pelosok-pelosok desa di Tasikmalaya dengan cara mengadakan ceramah-ceramah agama. Maka sebutan kiai pun menjadi melekat dengan namanya. KH. Zaenal Mustofa terus tumbuh menjadi pemimpin dan anutan yang karismatik, patriotik, dan berpandangan jauh ke depan. Tahun 1933, ia masuk Jamiyyah Nahdhatul Ulama (NU) dan diangkat sebagai wakil ro’is Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.

Sejak tahun 1940, KH. Zaenal Mustofa secara terang-terangan mengadakan kegiatan yang membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah. Beliau selalu menyerang kebijakan politik kolonial Belanda yang kerap disampaikannya dalam ceramah dan khutbah-khutbahnya. Atas perbuatannya ini, ia selalu mendapat peringatan, dan bahkan, tak jarang diturunkan paksa dari mimbar oleh kiai yang pro Belanda.

Setelah Perang Dunia II, tepatnya pada 17 November 1941, KH. Zaenal Mustofa bersama Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka ditahan di Penjara Tasikmalaya dan sehari kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung, dan baru bebas 10 Januari 1942.

Kendati sudah pernah ditahan, aktivitas perlawanannya terhadap penjajah tidak surut. Akhir Februari 1942, KH. Zaenal Mustofa bersama Kiai Rukhiyat kembali ditangkap dan dimasukkan ke penjara Ciamis. Kedua ulama ini menghadapi tuduhan yang sama dengan penangkapannya yang pertama. Hingga pada waktu Belanda menyerah kepada Jepang, ia masih mendekam di penjara.

Pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda berakhir dan Indonesia diduduki Pemerintah Militer Jepang. Oleh penjajah yang baru ini, KH. Zaenal Mustofa dibebaskan dari penjara, dengan harapan ia akan mau membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya, yaitu menciptakan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi, apa yang menjadi harapan Jepang tidak pernah terwujud karena KH. Zaenal Mustofa dengan tegas menolaknya. Dalam pidato singkatnya, pada upacara penyambutan kembali di Pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan santrinya agar tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh propaganda asing. Ia malah memperingatkan bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda.

Begitulah, pasca perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, sikap dan pandangannya itu tidak pernah berubah. Bahkan, kebenciannya semakin memuncak saja manakala menyaksikan sendiri kezaliman penjajah terhadap rakyat.

Pada masa pemerintahan Jepang ini, ia menentang pelaksanaan seikeirei, cara memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan menundukkan badan ke arah Tokyo. Ia menganggap perbuatan itu bertentangan dengan ajaran Islam dan merusak tauhid karena telah mengubah arah kiblat. Sikap ini pernah ia tunjukkan secara terang-terangan di muka Jepang. Pada waktu itu, semua alim ulama Singaparna harus berkumpul di alun-alun dan semua diwajibkan melakukan seikerei. Di bawah todongan senjata, semua ulama terpaksa melakukan perintah itu, hanya KH. Zaenal Mustofa yang tetap membangkang. Ia juga mengatakan kepada Kiai Rukhiyat, yang hadir pada waktu itu, bahwa perbuatan tersebut termasuk musyrik.

Menurutnya, orang-orang musyrik itu tidak perlu ditakuti, apalagi diikuti perintahnya. Sebaliknya, mereka justeru harus diperangi dan dimusnahkan dari muka bumi. Ia yakin bahwa dalam Islam hanya Allah Swt lah yang patut ditakuti dan dituruti; Allah Swt selalu bersama-sama orang yang mau dekat kepada-Nya dan selalu memberikan pertolongan dan kekuatan kepada orang-orang yang mau berjuang membela agamanya. Ia berprinsip lebih baik mati ketimbang menuruti perintah Jepang. Keyakinan seperti ini senantiasa ditanamkan kepada para santrinya dan masyarakat Islam sekitarnya. Ia juga menentang dan mengecam romusha, pengerahan tenaga rakyat untuk bekerja dengan paksa.

Dengan semangat jihad membela kebenaran agama dan memperjuangkan bangsa, KH. Zaenal Mustofa merencanakan akan mengadakan perlawanan terhadap Jepang pada tanggal 25 Pebruari 1944 (1 Maulud 1363 H). Mula-mula ia akan menculik para pembesar Jepang di Tasikmalaya, kemudian melakukan sabotase, memutuskan kawat-kawat telefon sehingga militer Jepang tidak dapat berkomunikasi, dan terakhir, membebaskan tahanan-tahanan politik. Untuk melaksanakan rencana ini, KH. Zaenal Mustofa meminta para santrinya mempersiapkan persenjataan berupa bambu runcing dan golok yang terbuat dari bambu, serta berlatih pencak silat. Kiai juga memberikan latihan spiritual (tarekat) seperti mengurangi makan, tidur, dan membaca wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Persiapan para santri ini tercium Jepang. Segera mereka mengirim camat Singaparna disertai 11 orang staf dan dikawal oleh beberapa anggota polisi untuk melakukan penangkapan. Usaha ini tidak berhasil. Mereka malah ditahan di rumah KH. Zaenal Mustofa. Keesokan harinya, pukul 8 pagi tanggal 25 Februari 1944, mereka dilepaskan dan hanya senjatanya yang dirampas.

Tiba-tiba, sekitar pukul 13.00, datang empat orang opsir Jepang meminta agar KH. Zaenal Mustofa menghadap pemerintah Jepang di Tasikmalaya. Perintah tersebut ditolak tegas sehingga terjadilah keributan. Hasilnya, tiga opsir itu tewas dan satu orang dibiarkan hidup. Yang satu orang ini kemudian disuruh pulang dengan membawa ultimatum. Dalam ultimatum itu, pemerintah Jepang dituntut untuk memerdekakan Pulau Jawa terhitung mulai 25 Pebruari 1944. Dalam insiden itu, tercatat pula salah seorang santri bernama Nur menjadi korban, karena terkena tembakan salah seorang opsir.

Setelah kejadian tersebut, menjelang waktu salat Asar (sekitar pukul 16.00) datang beberapa buah truk mendekati garis depan pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah sangat terkejut setelah tampak dengan jelas bahwa yang berhadapan dengan mereka adalah bangsa sendiri. Rupanya Jepang telah mempergunakan taktik adu domba. Melihat yang datang menyerang adalah bangsa sendiri, Zaenal Mustofa memerintahkan para santrinya untuk tidak melakukan perlawanan sebelum musuh masuk jarak perkelahian. Setelah musuh mendekat, barulah para santri menjawab serangan mereka. Namun, dengan jumlah kekuatan lebih besar, ditambah peralatan lebih lengkap, akhirnya pasukan Jepang berhasil menerobos dan memorak-porandakan pasukan Sukamanah. Peristiwa ini dikenal dengan Pemberontakan Singaparna.

Para santri yang gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang. Meninggal di Singaparna karena disiksa sebanyak 4 orang. Meninggal di penjara Tasikmalaya karena disiksa sebanyak 2 orang. Meninggal di Penjara Sukamiskin Bandung sebanyak 38 orang, dan yang mengalami cacat (kehilangan mata atau ingatan) sebanyak 10 orang.

Pun, sehari setelah peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. Sementara itu, KH. Zaenal Mustofa sempat memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zaenal Mustofa. Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH. Zaenal Mustofa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu rimbanya.

Besarnya pengaruh KH Zaenal Mustofa dalam pembentukan mental para santri dan masyarakat serta peranan pesantrennya sebagai lembaga pendidikan dan pembinaan umat membuat pemerintah Jepang merasa tidak bebas jika membiarkan pesantren ini tetap berjalan. Maka, setelah peristiwa pemberontakan tersebut, pesantren ini ditutup oleh Jepang dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun.

Belakangan, Kepala Erevele Belanda Ancol, Jakarta memberi kabar bahwa KH. Zaenal Mustofa telah dieksekusi pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda Ancol, Jakarta. Melalui penelusuran salah seorang santrinya, Kolonel Syarif Hidayat, pada tahun 1973 keberadaan makamnya itu ditemukan di daerah Ancol, Jakarta Utara, bersama makam-makam para santrinya yang berada di antara makam-makam tentara Belanda. Lalu, pada 25 Agustus 1973, semua makam itu dipindahkan ke Sukamanah, Tasikmalaya.

Rabu, 12 November 2008

HIV

Pernah mendapat pembagian kondom gratis? Syukurlah kalo belum. Kalo pun di antara kamu sudah ada yang pernah didatangi aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) tertentu dan mereka membagikan kondom gratis, waspadalah! Karena ini adalah kampanye ajakan untuk menjadi penganut paham free sex, meski terselubung.
Awal-awalnya mereka ini menamakan dirinya gerakan peduli AIDS dan memberi kondom gratis untuk menekan angka pengidap virus HIV. Tapi sesungguhnya jika kamu jeli, pasti muncul pertanyaan: “ngapain juga pake kondom untuk menghindari AIDS?” Sedangkan di banyak penelitian dibuktikan bahwa besar virus HIV itu lebih kecil daripada pori-pori yang terdapat pada kondom. Kondom (yang terbuat dari bahan lateks) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang. Sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori mencapai 10 kali. Sementara virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Jadi jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa lolos melalui pori-pori kondom. Intinya, tak ada jaminan dengan memakai kondom, para pelaku free sex bisa bebas dari penyakit AIDS.
Ujung-ujungnya dari kampanye ini adalah â€کajakan’ untuk sama-sama menikmati free sex tanpa takut terkena penyakit kelamin. Apa coba makna dibagikannya kondom gratis kepada para pelajar kecuali untuk digunakan? Alih-alih menyadarkan remaja untuk menghindari free sex, pembagian kondom gratis ini malah semakin memicu daya ingin tahu remaja tentang seks itu sendiri. Apalagi dikomporin dengan kondom di depan mata. Remaja lemah iman sudah pasti tergiur ingin mencobanya. Naudzubillah.
So, untuk jaga-jaga buat kamu semua, mending juga baca topik gaulislam edisi ini supaya tambah cerdas dalam mengkritisi kampanye save sex dengan kondom. Lanjuuttt!
No free lunch
Maksudnya tidak ada barang gratis di dunia kapitalis sekarang ini. Begitu juga dengan pembagian kondom yang katanya gratis untuk mendapatkan seks yang aman. Pembagian ini pada permukaannya memang terlihat gratis karena dibagikan secara cuma-cuma tanpa membayar serupiah pun. Namun pada kenyataannya, bila kita jeli menyikapi situasi, kondom ini sesungguhnya tidak gratis sama sekali.
Pelajar SMA dan para mahasiswa yang notabene masih sangat muda dan polos, bisa terpancing rasa ingin tahunya dengan pembagian kondom ini. Bukan mustahil mereka akan coba-coba menggunakannya dengan melakukan sex before married alias berzina. Bisa dengan (maaf) pelacur yang saat ini banting harga karena banyak pesaing, atau bahkan dengan pacarnya sendiri.
Percobaan pertama memakai kondom gratisan. Namun bila ketagihan, maka mau tidak mau mereka akan membeli kondom baru sebagai gantinya. Modus ini mirip sekali dengan pemakaian narkoba yang memberi pancingan gratis di awal pemakaian. Dan bila sudah ketagihan, maka si pengedar menangguk untung dari si pecandu itu. Nggak bisa nggak, produsen kondomlah yang diuntungkan dari kampanye save sex dengan kondom. Sangat khas ciri masyarakat kapitalis.
Itu di satu pihak. Di pihak lain, ada sesuatu yang tersembunyi yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar memberi keuntungan kepada produsen kondom.
Yup, perusakan generasi, inilah tujuan sebenarnya dari kampanye free sex dengan kondom. Entah para aktivis kampanye itu yang memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa pemakaian kondom sangatlah tidak efektif untuk mencegah penyakit AIDS. So, masih selalu terbuka peluang bagi siapa pun yang melakukan free sex, meski sudah memakai kondom, untuk terjangkit penyakit yang hingga saat ini belum ada penangkalnya itu.
Sobat muda, save sex dengan kondom hanya sebuah tameng untuk ajakan free sex alias berzina yang mendapat legalitas atau ijin resmi. Dengan memakai kondom, seolah ingin dikatakan “Jangan takut melakukan free sex. Nggak perlu nikah dulu untuk bisa melakukan seks. Nggak perlu takut kena penyakit kelamin atau AIDS. Kan sudah pake kondom.”
Yang cowok jadi merasa tenang dan damai melakukan seks bebas karena selain slogan save sex tadi, mereka juga tidak takut pacarnya akan hamil di luar nikah. Sedangkan bagi yang cewek juga sama saja. Kondom menjadi alat pembenar untuk melakukan seks dengan pacar karena risiko hamil jadi kecil. Yang terjadi adalah rusaknya generasi baik-baik menjadi sekumpulan generasi hobi berzina di masyakarat yang memang sudah sakit ini. Naudzubillah.
Save sex with NO free sex
Bagi kamu yang masih usia belasan tahun saat ini dan duduk di bangku SMP atau SMA, save sex yang baik dan benar adalah dengan NO Free Sex. Belajar aja yang rajin dan ngaji Islam dengan benar supaya kamu tahu bahayanya melakukan free sex. Jangan pernah tergiur nikmat sesaat tapi terlaknat sepanjang hayat. Rugi di dunia karena kamu sudah merusak harga diri dan kesucianmu, merana di akhirat karena berzina termasuk salah satu dari dosa besar yang ending-nya berakhir di neraka yang panas mendidih. Hiiii
Bagi kamu yang sudah mahasiswa atau agak gedean dikit, boleh tuh save sex dengan pasangan sah alias kudu married dulu. Selain nggak dosa, save sex after married malah berpahala. Dan bila kamu masih belum bisa melakoni save sex after married, maka solusinya adalah berpuasa dulu dong. Bisa kan?
Selain peran serta kamu untuk bersikap Save sex with NO free sex, harusnya masih ada dua pihak lain yang kudu terlibat dalam hal ini. Masyarakat sekitar nggak boleh cuek bebek dengan merebaknya kasus free sex. Mereka harus mempunyai kontrol untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar ketika ada perilaku yang menyimpang di tengah-tengah masyarakat. Nggak boleh lagi ada anggapan â€کyang penting bukan gue pelakunya’.
Pihak terakhir yang juga kudu turut andil adalah negara. Ketika individu dan masyarakat sudah beritikad baik dengan menolak free sex, negara harus punya suara sama dalam hal ini. Sangat nggak ideal kalo ternyata negara malah menyetujui dan melegalkan seks bebas dengan banyak bermunculannya lokalisasi pelacuran. Bahkan nama lokalisasinya tenar hingga ke manca negara sebagai salah satu daya tarik wisata. Walah, kacau kan?
Aneh sekali ketika sebagian pihak begitu peduli dan prihatin dengan masa depan pemuda dan remaja, namun di pihak lain sebagian orang malah ingin menghancurkannya. Sebagian pihak ini adalah manusia-manusia yang ingin menyelamatkan moral dan keimanan remaja dengan mengingatkan bahayanya free sex, sedangkan di pihak lain ada sekelompok orang yang sok menjadi manusia dengan melegalkan perzinaan. Ironis!
Tak heran akhirnya bila remaja negeri ini menjadi terombang-ambing di tengah dua kubu ini, antara penolak free sex versus penggiatnya. Parahnya, ternyata banyak remaja yang ambil bagian menjadi pelaku utama dalam kasus ini. Duh, menyedihkan banget deh!
Konspirasi 3 S
3 S = Sport, Song dan Sex. Tiga S inilah yang jadi ujung tombak musuh-musuh Islam untuk merusak generasi muda. Slogan “3 S” sudah terbukti berhasil melenakan pemuda-pemudi muslim.
Gelora jiwa muda yang masih fresh dan meledak-ledak menjadi sasaran empuk untuk perusakan melalui jalur free sex ini. Media cetak (majalah-majalah yang mengumbar aurat) dan elektronik (sinetron-sinetron yang melulu tentang pacaran) menjadi corong pembangkit nafsu seks remaja untuk muncul. Remaja jadi lebih memperturutkan hawa nafsunya daripada mengejar prestasi setinggi-tingginya.
Musuh-musuh Islam tahu banget bahwa umat Islam tidak bisa hanya diperangi dan dimusuhi secara fisik saja. Ada yang jauh lebih efektif dari itu semua yaitu merusak kepribadian generasi muda muslim. Para pembenci Islam ini nggak berani mengusik umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar sedunia secara langsung. Karena bila ini yang terjadi yaitu perang secara terbuka, bisa dipastikan semangat jihad kaum muslimin akan muncul. Oleh karena itu harus ada cara lain untuk merusak Islam tanpa disadari oleh umat Islam sendiri. Yup, merusak moral generasi mudanya adalah kunci jawaban itu.
So, cepat sadar wahai pemuda-pemudi muslim! Jangan mau kamu jadi sasaran empuk pengrusakan moral generasi muslim melalui free sex. Yakin deh, hidup ini terlalu indah untuk dihabiskan dengan hanya melulu mikirin urusan seks. Nggak banget gitu loh!
Sex after married aja deh!
Islam nggak menghapuskan naluri seks (bahasa kerennya sih gharizah an-nau’) dari dalam diri manusia. Yang ada hanyalah Islam itu mengatur naluri seks di jalan yang baik dan benar, yaitu setelah pernikahan. Untuk sementara ini, karena kamu masih berstatus pelajar, maka belajar aja yang rajin demi kejayaan Islam. Yakin aja, jodohmu nggak akan lari kemana meski saat ini kamu nggak pacaran apalagi sampe obral seks.
Perbaiki kualitas dirimu, baik akhlak, iman dan kecerdasanmu. Karena sebagai pemuda muslim, kamu kudu cerdas dan beriman. Kalo semua ini sudah oke, dijamin deh, insya Allah bila saatnya tiba, kamu bisa menikmati save sex yang barokah dan berpahala.
Agar kamu nggak tergoda, jangan dekat-dekat dengan semua hal yang akan membuatmu piktor (pikiran kotor). Jauhi gambar-gambar atau tontonan porno dan jorok. Batasi pergaulan dengan teman-teman yang memberi pengaruh jelek pada dirimu. Sebaliknya, makin dekati teman-temanmu yang sholih bagi cowok dan sholihah bagi cewek agar ada yang selalu mengingatkan bila kamu lalai. Persibuk dirimu dengan aktivitas positif semacam ikut karya ilmiah remaja atau hal-hal bermanfaat lainnya. Dan yang utama, tingkatkan kedekatanmu dengan Allah Swt. Bila kamu dekat denganNya, maka tak akan ada celah bagi kamu untuk bermaksiat padaNya. Bukankah Dia Mahamelihat perbuatan hambaNya? Bukankah Dia pasti mencatat seluruh perbuatan hamba-hambaNya?
Kalo kamu semua udah pada nyadar bahwa save sex hanya dengan NO free sex, dijamin musuh Islam akan gigit jari melihat upaya merusak generasi muslim nggak berhasil. Apalagi bila kamu sudahlah menjadi aktivis NO free sex, ditambah lagi dengan aktivitas yang menyadarkan teman-temanmu agar mereka semua pada setuju bersikap NO free sex. Pasti kamu bakal jadi pemuda muslim yang TOP banget. Jadi, mulai saat ini sebarkan kesadaran baru ini kepada semua orang bahwa untuk menolak ide kondomisasi adalah dengan SAVE SEX with NO Free SEX! Good luck

teroris

Saat ini ada dua bentuk ancaman bagi keamanan dan pertahanan bangsa Indonesia yakni separatisme dan terorisme. Sayangnya, tidak ada kesadaran bersama dalam kepemimpinan nasional untuk menghadapi ancaman ini secara adil. Untuk kasus teroris, kewaspadaan kita tampak begitu tinggi sementara untuk kasus separatis tidak demikian.
Kasus peragaan tarian cakalele yang disertai pengibaran bendera RMS di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi bukti rendahnya kesadaran nasional tentang bahaya keberadaan kelompok separatis. Apabila kesadaran dan persepsi kita tentang ancaman (threat perception) tidak segera dibangkitkan kembali, maka kasus-kasus serupa tidak mustahil akan terulang.
Pada dasarnya, baik kelompok separatis maupun teroris dalam operasinya memiliki tujuan yang sama, yaitu merusak legitimasi negara. Bedanya, kelompok separatis mencoba untuk melawan negara dan berupaya melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mendirikan negara baru versi mereka. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mendapatkan simpati dunia serta mampu menjalin hubungan dengan kekuatan internasional.
Tidak demikian dengan kelompok teroris yang dalam operasinya tidak mesti memusuhi negara. Kelompok ini berusaha melawan dominasi global Barat. Karenanya, ancaman teroris tidak hanya berdampak secara lokal tetapi juga global. Namun demikian dua-duanya tidak bisa dipisahkan dari aksi-aksi kekerasan (violence) dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Uniknya, sama-sama menjadi musuh negara, tapi perlakuan yang mereka terima berbeda. Mereka yang dituduh teroris diburu di mana-mana, sedangkan untuk separatis karena pertimbangan publik internasional, mereka cenderung diperlakukan dengan sangat hati-hati. Padahal tidak seharusnya seperti itu.
Kasus memalukan yang terjadi di Maluku tanggal 29 Juni 2007 itu merupakan contoh betapa kita sebagai bangsa tidak memiliki persepsi yang sama tentang tingginya tingkat bahaya gerakan separatis RMS. Karenanya bukan pada tempatnya untuk menyalahkan dan mencari kambing hitam dari peristiwa ini. Dari peristiwa tersebut, justru persespi kita tentang ancaman dari kelompok separatis yang juga melakukan aktivitas-aktivitas terorisme yang membayakan keutuhan dan keamanan Republik Indonesia ini perlu dikaji ulang. Sebenarnya, kalau kewaspadaan dan persepsi kita sama dalam memandang dan memprioritaskan penyelesaian separatisme, tentu kejadian yang mencoreng martabat bangsa ini tidak bakal terjadi.
RMS dan konflik AmbonKalau kita mau jujur, isu tentang RMS sudah lama berkembang luas di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Bahkan beberapa kalangan umat Islam telah menyuarakan dengan keras bahwa RMS terlibat dalam aksi kekerasan dan pembunuhan di Ambon. Dugaan keterlibatan kelompok separatis yang bermarkas di Belanda dalam konflik berdarah di Ambon pun tidak lagi dapat ditutup-tutupi.
Sayangnya, apabila dalam tragedi Ambon dan Poso pemerintah serta aparat keamanan dengan serta-merta menuding Jemaah Islam (JI) sebagai otak di balik kerusuhan berlatar belakang agama ini, tetapi tidak demikian halnya terhadap RMS. Ini karena JI sendiri dianggap sebagai kelompok teroris yang tidak hanya membahayakan keamanan Indonesia tetapi juga keamanan regional dan internasional.
Dukungan internasional terhadap pemerintah dalam memerangi terorisme yang ditujukan kepada JI sangat kuat baik dalam hal dana maupun bantuan teknis. Strategi dalam menghadapi terorisme tidak lagi pilih-pilih (indiscriminate targets). Tidak hanya pemimpin dan elite-elite JI yang ditangkap tetapi para anggota biasa dan simpatisan pun menjadi target operasi. Dampaknya kemudian operasi yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 (Densus) sering mendapatkan sorotan publik. Hanya, karena pemerintah mampu meyakinkan tentang ancaman teroris ini kemudiaan kritik-kritik itu dapat dialihkan.
Berbeda dengan JI, RMS karena tidak adanya dorongan dunia internasional akhirnya mendapatkan perlakuan dan perhatian yang berbeda. Walaupun telah terjadi penangkapan-penangkapan terhadap tokoh-tokoh RMS yang terlibat dalam kekerasan di Ambon tetapi tidak semuanya menjadi target operasi represif aparat keamanan. Hanya mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan membayakan keamanan negara itulah yang ditangkap.
Operasi yang dilakukan aparat tidak sampai pada penghancuran organisasi dan para anggota pendukung serta simpatisan. Artinya, aparat keamanan terkesan lebih selektif dalam memilih targetnya (selective targets). Para pemimpin yang membahayakan diamankan, sementara organisasi dan aktivitasnya di bawah tanah tetap dibiarkan selama tidak secara terbuka menyerang aset-aset pemerintah dan negara. Padahal baik JI maupun RMS sama-sama diduga memiliki jaringan di luar daerah konflik yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas teror lainnya.
Kewaspadaan nasionalMencermati kejadian yang memalukan ini, memang sangatlah mudah untuk menyalahkan ketidakpekaan aparat keamanan dan pihak intelijen dalam melihat ancaman dari RMS. Para anggota RMS yang menyamar sebagai penari-penari lokal pun lepas dari perhatian mereka. Namun kalau kita mampu melihat persoalan ini pada tataran yang lebih komprehensif, persoalannya terletak pada kesadaran kita secara kolektif dalam mendefinisikan ancaman.
Ini dapat dilihat dari pengakuan pihak Badan Intelejen Negara (BIN) sendiri yang mengatakan telah memberikan laporan secara lengkap jauh-jauh hari akan kemungkinan terjadinya aksi-aksi dari pihak RMS walaupun pada akhirnya laporan itu tidak mendapatkan respons secara memadai dari pihak yang berwenang. Kelengahan aparat yang terkait inilah kemudian dijadikan alasan penyebab terjadinya peristiwa yang merendahkan martabat bangsa itu. Namun, sebenarnya semua itu bersumber dari tidak adanya persepsi kolektif para pemimpin bangsa kita tentang bahaya RMS.
Hal yang paling utama bagi kita sebagai warga negara Indonesia adalah bagaimana isu yang berkembang saat ini tidak sekadar menjadi wacana politik sesaat. Persoalan Ini harus dijadikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat memperbarui semangat bangsa tentang pentingnya kewaspadaan nasional. Kita ditantang dapat bersama-sama secara sinergis dengan semangat nasionalisme yang kuat untuk terus menjaga keutuhan NKRI dari ancaman kaum separatis.
Namun demikian usaha ini tidak kemudian menutup mata kita untuk melihat persoalan lain bahwa di balik semua itu ada masalah yang perlu diselesaikan yaitu keadilan dan kesejahteraan rakyat. Keadilan dan kesejahteraan harus terus diperjuangkan, dan bersamaan dengan itu kita juga harus tegas dalam menyikapi ancaman tersebut. Para pemimpin nasional dan rakyat Indonesia harus memiliki persepsi yang sama bahwa kaum separatis adalah ancaman besar bagi bangsa Indonesia dan harus dihadapi bersama-sama.
Ikhtisar
- Separatisme dan terorisme sama-sama menjadi ancaman yang sangat serius bagi kedaulatan bangsa Indonesia.- Saat ini, pemerintah masih sangat hati-hati dalam menghadapi persoalan separatisme, sementara tidak demikian halnya untuk persoalan terorisme.- Aparat keamanan melakukan pemilihan target saat hendak menangkap kalangan separatis, sedang penangkapan mereka yang diduga terlibat aksi terorisme, dilakukan tanpa memilih target.- Semestinya pembedaan perlakuan seperti itu tidak boleh terjadi

sepak bola


Luar biasa! Bagaimana dalam satu bulan selama bulan Juni 2006 ini, seakan sebagian besar manusia tersihir untuk memalingkan segala urusannya, sejenak berkonsentrasi pada perhelatan piala dunia sepakbola. Dari masyarakat kelas bawah, dapat dilihat disekitar kita, ketika siaran langsung sepak bola itu ditayangkan, dihampir setiap sudut-sudut jalan bertengger sebuah televisi dengan kerumunan banyak orang berteriak-teriak dalam obsesinya masing-masing. Sampai kelas atas di bar-bar, café-café dan juga kelompok-kelompok pribadi yang menggelar nonton bareng pertandingan sepak bola. Dead-line pekerjaan, target penjualan, sasaran bulanan, setoran, seakan menjadi nomor dua.

Tapi ada yang lebih luar biasa menurut saya! Yaitu pelajaran yang seharusnya dapat kita petik dari tontonan sepak bola klas dunia tersebut. Kita boleh menganggap bahwa sebuah pertandingan olah raga adalah ?sekedar? pertandingan olah raga, tidak lebih! Tapi sebuah pertandingan olah raga yang menjunjung tinggi fair-play, dan semua orang yang terlibat di dalam pertandingan tersebut menaruh hormat dan menghargai aturan yang ditegakkan, adalah sebuah model akan perilaku menang-menang. Lho! Salah satu harus kalah kok menang-menang? Coba mari kita renungi pelajaran apa yang selama ini kita lihat dalam contoh sepakbola klas dunia ini. Suatu saat pertandingan sedang berjalan, setiap pemain pastilah terpacu detak jantungnya, berkeringat, adrenalin pun memuncak. Sebuah kondisi yang mirip dengan situasi dimana bila terjadi salah paham sedikit saja bisa seketika tersulut emosi seseorang. Salah seorang pemain menggiring bola sambil berlari begitu kencangnya ke jantung pertahanan lawan, dan hup! Dia harus jatuh berguling-guling karena kakinya terganjal salah seorang pemain belakang lawan. Tampak di televisi, seketika itu dia bangun, sang pengganjal pun menghampiri, tapi apa yang terjadi? Mereka berjabat tangan, saling tersenyum, terkadang juga saling memegangkan tangannya ke kepala, dan berlalu melanjutkan pertandingan. Betapa indahnya! Di lain momen, di tengah pertandingan sedang berlangsung tiba-tiba tampak di tengah lapangan seorang pemain dari kesebelasan negara A, tergeletak berguling-guling kesakitan. Sementara saat itu bola sedang dikuasai salah seorang pemain lawan, sebut dari kesebelasan negara B. Melihat salah seorang dari pemain musuhnya tergeletak tak berdaya, kesebelasan B tidak serta merta mengambil kesempatan, tapi mereka justru menendang bola keluar lapangan agar pertandingan jeda sejenak memberi pertolongan pemain kesebelasan A, musuhnya. Lagi-lagi betapa indahnya! Tapi tunggu! Tidak sampai di situ saja. Ketika kemudian pertandingan dilanjutkan, karena bola keluar lapangan oleh pemain kesebelasan negara negara B, praktis pelempar bola dari luar lapangan adalah pemain dari kesebelasan negara A. Tapi apa yang dilakukan pemain negara A? Dengan sengaja dia melemparkan begitu saja kepada salah satu pemain B. Walaupun si pemain A secara aturan boleh-boleh saja mempertahankan bola di pihaknya, tapi dia tidak lakukan. Yang dia lakukan justru memberikan begitu saja bola, karena memang si pemain A merasa bahwa seharusnya B-lah yang lebih berhak menguasai bola saat itu. Sepanjang saya tahu tidak ada peraturan tertulis yang mengharuskan itu terjadi, tapi mengapa mereka para pemain lakukan itu? Bisa dibayangkan, bila saja saat pemain A tergeletak, pemain B tetap melanjutkan permainan tanpa peduli, hukum alam yang terjadi. Semua kesebelasan akan mempredikati para pemain kesebelasan negara B sebagai kesebelasan yang selalu mengambil kesempatan yang tidak fair secara etika. Demikian juga sebaliknya, ketika bola kemudian ada ditangan A, kemudian dia manfaatkan sendiri tidak diberikan kembali kepada B, mungkin secara aturan tidak apa-apa, wasit pun akan membiarkannya, tapi hukum alam yang terjadi. Semua kesebelasan akan membiarkan bila saja ada pemain A yang tergeletak kesakitan! Ada lagi yang menarik. Suatu ketika pertandingan sejenak terhenti karena salah satu pemain harus digotong keluar lapangan. Para pemain pun memanfaatkan jeda itu untuk sejenak ke tepi lapangan mengambil botol minum yang dibagikan tim nya masing-masing. Tampak di televisi adalah close-up dua orang pemain. Satu dari sebuah kesebelasan suatu negara, sedang yang satunya adalah pemain kesebelasan musuhnya. Mereka dengan santainya bercakap di tepi lapangan sambil tersenyum dan tertawa sambil berbagi botol minuman yang hanya satu. Sebuah contoh kearifan bahwa di dalam lapangan mereka boleh saja lawan yang harus saling bertanding, tapi sepertinya mereka masing-masing sadar sepenuhnya bahwa mereka adalah manusia yang harus saling menghargai masing-masing dalam rangka mereka masing-masing melakukan yang terbaik bagi mereka dan bagi apa yang mereka perjuangkan. Saya pikir tidak berlebihan bila saja saya katakan, bahwa potret miniatur yang terjadi pada pertandingan sepakbola kelas dunia ini adalah sebuah model pembelajaran akan sikap menang-menang. Semua syarat akan menang-menang seakan terpenuhi dalam sikap mereka bertanding satu sama lain. Walaupun dua kesebelasan itu adalah lawan yang saling berhadapan, apa yang mereka pertontonkan adalah sebuah kerjasama. Kerajasama untuk saling menjaga sportifitas pertandingan, kerjasama untuk menyuguhkan sebuah tontonan yang menarik bagi para pemirsa pertandingan. Kerjasama untuk masing-masing saling menghargai lawannya yang juga sama-sama berjuang bagi negaranya. Kerjasama membentuk sinergi adalah syarat menang-menang. Kedua kesebelasan yang saling berhadapan. Dari sikap mereka selama bertanding, adalah cermin akan sikap salingketergantungan (interdependency). Mereka semua sadar, untuk diakui, untuk menang, untuk mendapat apresiasi, mereka harus memiliki rasa tergantung akan lawannya. Karena tanpa keberadaan lawan main, mereka sadar tidak mungkin diakui kemenangannya, tidak mungkin mendapat sorakan pujian, tidak mungkin beberapa pemain kemudian mendapat kontrak dengan bayaran tinggi. Saling ketergantungan adalah modal dasar pilihan sikap menang-menang. Apa yang kita tonton di televisi adalah sebuah contoh pembelajaran akan integritas. Para pemain terlihat selalu menjaga kualitas permainannya. Selalu menghormati apa pun keputusan wasit baginya. Bola boleh saja bundar, menang atau kalah dalam pertandingan bisa saja terjadi, tapi lihatlah para pemain yang terlibat. Mereka selalu menjaga konsistensi sikap integritas mereka untuk selalu menjunjung tinggi sportifitas. Integritas adalah salah satu pondasi akan sikap menang-menang Dalam kondisi detak jantung cepat dan adrenalin terpacu kencang, kemudian terjungkal jatuh, sepersekian detik mungkin sempat emosi meledak. Tapi sepersekian detik kemudian jabat tangan terjadi. Sebuah tanda akan kata maaf. Sebuah tanda akan kepercayaan bahwa apa yang dilakukan lawannya sekedar dalam rangka upaya merebut bola, bukan untuk sengaja mencederainya. Sebuah sikap kematangan. Lagi-lagi pondasi dari sikap menang-menang. Mentalitas kelimpahan pun selalu mereka pertontonkan. Memberikan bola begitu saja kepada lawan seperti cerita pemain kesebelasan negara A di atas contohnya. Sebuah mentalitas akan menang-menang. Saat saya menulis artikel ini pun, tampak di layar televisi, setelah pertandingan antara Jepang melawan Kroasia usai, terlihat kamera menangkap sebuah momen dimana seorang pemain Jepang yang sepertinya mengalami kram di kaki, sedang di urut oleh seorang pemain Kroasia. Sorot kamera lain mengabadikan beberapa pemain Jepang dan beberapa pemain Kroasia, berdiri bersama di tepi lapangan menghadap penonton, bertepuk tangan bersama menyambut tepuk tangan riuh rendah penonton. Model akan menang-menang itu dipertontonkan kepada kita untuk menjadikan pembelajaran bagi kita. Sebagian besar kita pun sangat menyukai tontonan itu. Akankah kita belajar melakukan semua contoh sikap itu pada kehidupan keseharian kita? Saya bisa mengerti bahwa hidup mungkin tidak sesederhana permainan sepak bola. Tapi lihatlah bangsa kita, sepakbola yang mungkin sederhana saja tidak bisa bersikap menang-menang, bagaimana sikap itu akan menjadi kebiasaan pada kehidupan kita? Lebih-lebih di lingkup keluarga dan orang-orang sekitar kita.